Selamat Datang

SELAMAT MENYIMAK BLOG SAYA

Kamis, 08 Desember 2011

Kerajaan singosari


CANDI SINGOSARI
Candi Singosari sebenarnya merupakan contoh sebuah bangunan candi yang
belum sepenuhnya selesai dikerjakan Meskipun demikian, pada candi ini tersimpan suatu
karya seni yang tinggi, terutama seni arca. Di candi inilah ditemukan puncak kesenian
Indonesia purba.
Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Berdiri megah di sebuah lembah di antara Gunung Bromo dan
Gunung Arjuna pada ketinggian sekitar +500 meter d.p.l.
Nama candi ini disebut-sebut dalam Kitab Nāgarakĕrtāgama Pupuh 37:7 dan
38:3, juga dalam Prasasti Gajah Mada (1351 Masehi) yang ditemukan di halaman candi,
sebagai tempat pendharmaan raja Singhasāri terakhir yang wafat pada tahun 1292 Masehi.
Bangunan candi terletak pada sebuah kompleks yang luasnya sekitar 8 hektar
(200 x 400 meter. Di dalam kompleks itu terdapat juga sisa fondasi bangunan, runtuhan
bangunan Candi Papak dan Candi Ringgit, dan sejumlah arca batu. Candi Papak dan Candi
Ringgit letaknya sekitar 300 meter ke arah baratdaya Candi Singosari.
Apabila kita menuju ke Singosari dari arah baratlaut, di sebelah kiri dan kanan
jalan masuk, ditemukan sepasang arca raksasa yang tingginya 3,70 meter. Dekat kedua
arca itu terdapat sebidang tanah lapang yang disebut alun-alun.
Dengan ditemukannya dua arca raksasa
di dekat alun-alun, beberapa pakar menduga
bahwa daerah itu dulunya merupakan
pusat kerajaan Singhasāri. Arca raksasa
biasanya ditempatkan dekat dengan keraton
atau dekat pintu masuk halaman candi.
Konon, ketika arca itu hendak diangkat untuk
ditempatkan pada lantai beton, arca itu tidak dapat diangkat. Tetapi di malam hari, barulah
arca itu dapat diangkat dan dipindahkan. Oleh sebab itu, ketika akan diangkat pada siang hari, mata arca tersebut ditutup dengan kain.
Candi Singosari ditemukan pada awal abad ke-20 dalam keadaan sudah rusak,
terutama pada bagian puncak atap menara. Pada tahun 1934 candi itu mulai dipugar. Untuk
keperluan itu, candi tersebut dibongkar sampai ke bagian kakinya, kemudian dibangun
kembali selapis demi selapis. Karena bagian yang hilang cukup banyak, perbaikan jadi
tidak sempurna. Candi itu hanya dapat dibangun kembali sampai atap tingkat dua.
Pembangunan kembali hingga mendapatkan bentuk yang seperti sekarang kita lihat selesai
tahun 1936.
Bangunan Candi Singosari seluruhnya dibuat dari batu andesit dengan arah
hadapnya ke barat. Denahnya berbentuk bujursangkar dengan ukuran 14 x 14 meter dan
tinggi 15 meter. Bangunan ini terdiri atas tingkat yang terbawah atau batur, kaki-candi
yang tinggi, tubuh yang langsing, dan bagian atap yang berbentuk limas. Kaki-candi
dibangun di atas batur yang tingginya 2 meter. Di atas batur itu yang tinggi itu berdiri kaki
candi yang dibuat cukup tinggi. Pada bagian kaki candi itulah terdapat bilik-bilik candi dan
bangunan penampilnya. Pada bangunan penampil yang ada pada masing-masing sisi
terdapat relung untuk menempatkan arca. Relung ini bagian atasnya terdapat hiasan kepala
kala yang belum selesai dikerjakan. Bangunan penampil biasanya terdapat pada bagian
tubuh.
Bangunan penampil yang ditemukan pada keempat sisi juga terdapat pada bagian
tubuh candi. Namun relung yang terdapat pada bagian tubuh ini berukuran lebih kecil dan
tidak terlalu dalam. Di bagian atas relung juga terdapat hiasan kepala kala. Hiasan kala
yang terdapat di sini telah selesai dikerjakan.
Dari undak-undak sisi barat, dapat dicapai bagian atas batur yang merupakan selasar
untuk mengelilingi kaki candi. Undak-undak itu berhubungan dengan bangunan
penampil dan bilik tengah (ruang utama) candi. Di dalam bilik tengah itu terdapat lingga
dan yoni. Di bagian bawah lantai bilik tengah terdapat sistem parit. Di sebelah kiri dan
kanan jalan masuknya terdapat relung-relung kecil yang di dalamnya terdapat arca
Mahākāla dan Nandīśwara. Bilik-bilik lain yang dapat dimasuki melalui selasar keliling
pada batur, dulunya berisi arca Durgā (bilik utara), Ganeśa (bilik timur), dan Śiwa-Guru
(bilik selatan). Arca Durgā dan Ganeśa sudah hilang, sedangkan arca Śiwa-Guru masih
ada.
Candi Singosari dulunya tidak berdiri
sendiri. Di sebelah selatan masih di dalam
lingkungan candi terdapat sebuah batur fondasi.
Mungkin di atas batur itu terdapat
bangunan kecil yang dibuat dari bahan yang
mudah rusak. Pada salah satu bangunan candi
yang terdapat di dalam kompleks percandian
terdapat arca Prajñāpāramitā, dewi kebijaksanaan
dalam agama Buddha, yang sekarang
disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Arcaarca
lain yang ditemukan dari runtuhan bangunan
yang terdapat di sekitar Candi Singosari
adalah arca Ganeśa, Chakrachakra (Bhairawa),
Brahmā, Tŗnawindu, dan Agastya.
Arca Durgamahisasuramardini.
Chakrachakra adalah nama yang terdapat pada bagian belakang arca dalam
bentuk Bhairawa ini, Śiwa dalam bentuk sedang marah. Nama lengkapnya mungkin
Chakrachakreśwara, sesosok dewa yang berdiri di atas srigala dengan tangannya
memegang tombak bermata tiga, pisau besar, gendang tangan (moko ?), dan tengkorak
manusia. Bagian badannya penuh dengan hiasan tengkorak manusia.
Sayang hingga kini seluruh arca, kecuali arca Prajñāpāramitā, masih berdomisili
di negara lain, yakni di Royal Tropical Institute, Belanda, sehingga hanya kalangan
tertentu yang dapat menikmatinya. Itupun hanya melalui foto. Padahal arca itu merupakan
hasil karya seni yang tinggi yang layak menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia.
Paling tidak, arca-arca itu dapat menambah kejelasan bahwa Candi Singosari memang
sebuah tempat pendharmaan bagi Raja Kertanagara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar